Travelling

Krakatau - Kudaki dan Kuselami Keindahanmu [Part 1]

12/10/2013setapakkecil



Sejarah mencatat sebuah becana besar tahun 1883 ketika Gunung Krakatau meletus dahsyat dan memengaruhi kondisi iklim dunia. Bencana ini pula telah membentuk gugusan pulau vulkanik yang sekarang dikenal sebagai Kepulauan Krakatau, yaitu meliputi Rakata atau Krakatau Besar, Panjang atau Krakatau Kecil, Sertung, dan Anak Krakatau. Letusan yang sempat membuat dunia mencekam dan menelan banyak korban. Tetapi dibalik catatan sejarah yang cukup dahsyat tersebut tersimpan berjuta keindahan yang tersembunyi di kepulauan yang tersebar di sekitarnya dan misteri bawah laut yang luar biasa indahnya. Maka dari itu Pada tahun 1991, UNESCO mengakui Taman Nasional Ujung Kulon dan Cagar Alam Kepulauan Krakatau sebagai Warisan Alam Dunia.

Kepulauan Krakatau dapat diakses dari Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Dari Sumatra akses utama adalah dari Bandar Lampung, ibu kota Lampung, sedangkan dari Jawa, dapat diakses dari ibu kota Jakarta dan melalui Provinsi Banten. Kali ini kita melakukan perjalanan dari Ibukota Indonesia untuk menikmati keindahan krakatau. Pertama kali kita harus kita mulai dari pelabuhan merak - Banten. Dari titik ini kita harus menyeberang menggunakan kapal penyeberangan selama kurang lebih 3-4 jam untuk mencapai ke pelabuhan bakauheni - Lampung. Pada hari jumat malam pun saya, dino, rizal dan rendi bertemu di pelataran Pelabuhan merak dan bergabung dengan rombongan lainnya yang juga memiliki tujuan yang sama yaitu Krakatau.

Deck Kapal Penyeberangan Merak - Bakauheni
3 jam perjalanan dari merak pun berlalu kami akhirnya tiba di bakauheni. Dari titik ini kita akan menaiki angkot yang akan mengantarkan kita ke Pelabuhan Canti untuk kembali berlayar menuju Kepulauan Krakatau. Tak membuang waktu kami pun masuk ke angkot warna kuning yang ada. Sang supir angkot pun segera memacu mobil keluar dari areal pelabuhan kemudian menyusuri jalanan yang masih sepi pagi itu. Di dalam perjalanan tak banyak yang bisa kami lakukan, mata masih mengantuk karena semalaman berada di kapal. Hampir sekitar 90 menit angkot berkelok kelok di jalanan sempit namun beraspal cukup mulus, disebelah kiri Gunung Rajabasa seakan menyambut mentari pagi ini. Tak beberapa lama kamipun telah sampai di pelabuhan canti.

Angkot Menuju Pelabuhan Canti
Pelabuhan canti merupakan pelabuhan rakyat, biasanya digunakan nelayan untuk menyandarkan kapalnya atau untuk dermaga penyeberangan bagi warga di sekitar kepulauan krakatau. Saat kami tiba sudah ada beberapa rombongan yang terlebih dahulu tiba, sekitar ada 5 kapal yang telah siap. Memandang jauh ke depan tampak samar samar kepulauan yang tersebar disekitar krakatau. Krim anti matahari pun kami oleskan di sekujur tubuh, sinar terik matahari pagi itu seakan memberi peringatan terhadap kita. Oke, setelah semua siap kamipun segera memasuki kapal yang telah kami sewa sebelumnya.

Pelabuhan Canti -  Kalianda Lampung
Kapal pelayaran rakyat yang mungkin hanya berkapasitas 40 orang, itupun jika sebagian penumpang harus berada di atap kapal. Dan ada 1 hal yang cukup menarik perhatian saya, yaitu mesin kapal itu sendiri. Dan saya berpendapat kalau mesin ini adalah mesin darat yang telah dipaksa untuk digunakan dikapal, yang menurut ilmu perkapalan saya..ha.ha.. itu mesin yang sangat tidak layak digunakan untuk kapal. Maka dari itu faktor keamanan dari kapal rakyat ini sangat amat perlu dipertanyakan. Terlepas dari mesin dan faktor keamanan yang tidak layak, saya mencoba menikmati perjalanan saya kali ini. Saya pun mencoba mengambil beberapa momen perjalanan awal kami ini.

Sebagian Harus Diatap Kapal

View Dari Dalam Kapal

Pulau Sebuku Besar
Sekitar 60 menit berlayar disebelah kanan tampak pulau Sebuku besar yang berwarna hijau segar penuh dengan pohon pohon dan air laut yang semakin membiru. 30 menit dari sini kita akan segera sampai di pulau Sebuku kecil. Pulau ini adalah spot pertama kita. Kegiatan yang bisa kita lakukan di sebuku kecil ini adalah jelajah pulau atau bermain air disekitaran pantai yang berair sangat jernih. Setelah mengambil beberapa foto, akhirnya kami tak tahan juga melihat air biru yang sangat jernih ini. Kamipun segera berlari menuju bibir pantai dan bersenang senang. Pulau kecil yang tak berpenghuni, cocok bagi para pecinta camping ceria jika ingin mendirikan tendanya di atas pasir putih pulau ini. 

Pulau Sebuku Kecil


Paradise
Tujuan selanjutnya adalah spot snorkling di Pulau sebuku besar. Pelampung, Kaki katak, snorkel pun kami pergunakan masing masing. Jangkar kapal diturunkan, maka ini adalah waktu kita untuk melompat ke dasar laut. Keadaan terumbu karang disini cukup baik, menurut saya 11 - 12 lah sama kepulauan seribu di Jakarta. Ikan warna warni tampak banyak berkumpul di sekitaran karang karang, namun sayang kali ini saya tak sempat membawa kamera underwater jadi dokumentasi bawah laut hampir tidak ada. Tapi untuk dokumentasi bawah air cukup terekam dengan baik dengan handphone mas dino yang telah terpasang case anti air, hasil video pendeknya dapat disaksikan di akhir halaman ini. Matahari yang cukup cerah sangat mendukung kegiatan kita hari ini, kulit yang semakin menghitam pun tak kami hiraukan hanya keceriaan yang ada di kepala kita saat itu. Hampir 60 menit kami berenang renang di spot snorkling pertama ini.

Snorkling Time

Mari Berenang

Setelah dirasa cukup puas kami pun segera kembali naik ke dalam kapal untuk segera menuju spot snorkling kedua. Spot kedua ini terletak tidak jauh dari spot yang pertama. Di perjalanan menuju titik kedua ini saya mengalami mabuk laut yang tidak bisa saya tahan tahan lagi, dan akhirnya saya harus beristirahat di dalam kapal sedangkan Dino, Rizal, dan Rendi tetap bersenang senang, sayang sekali. Hampir sisa waktu di kapal saya pergunakan untuk tidur saat itu.





Entah berapa lama saya tertidur di dalam kapal yang saya tahu saat sadar adalah kapal telah berangkat kembali dengan suara mesin yang menderu nderu. Saya hanya bisa terdiam..hee.he. Ternyata sesi snorkling telah berakhir dan kita sedang perjalanan menuju Pulau Sebesi untuk beristirahat di homestay. Saat tiba di Pulau Sebesi kesan pertama saya ini seperti ibukota di kepulauan krakatau. Tampak banyak pemukiman tersebar di pulau ini, dermaga yang cukup bagus dan listrik yang menyala walaupun hanya sampai jam 10 malam. Kamipun segera menuju kamar masing masing, homestay yang sangat sederhana tapi cukuplah bagi kami untuk melepas lelah. Pemandangan dari kamar juga cukup indah langsung berbatasan dengan biru air laut. Setelah makan siang dan bersantai di pinggir pantai kamipun segera beranjak ke tempat tidur.

Pemandangan Di Depan Kamar Homestay

Pulau Sebesi

Langit Sangat Bersahabat
Hampir 90 menit kami terlelap sampai kami terbangun oleh teriakan seorang teman kami. Jadwal sore ini adalah mengunjungi Pulau Umang Umang. Dengan mata yang sedikit lengket kami pun segera bangun dan bersiap. Pulau Umang Umang ini terletak tak jauh dari Sebesi. Hanya sekitar 15 menit dari dermaga Sebesi. Pulau umang umang ini adalah pulau kecil yang dinamakan umang umang karena di pulau ini banyak terdapat umang umang atau keong. Batuan vulkanik tersebar di bibir pantai dan sekilas mirip dengan pantai di belitung sana tempat biasa anak anak laskar pelangi bermain. Air laut disini pun sangat jernih, dan bahkan seperti kaca. Sungguh tempat yang sangat indah, cocok untuk para pecinta fotografi karena begitu banyak spot menarik di pulau kecil ini. Pecinta snorkling pun sangat dimanjakan dengan air yang begitu jernihnya.

Pulau Umang Umang
Foto Keluarga
Batuan Vulkanik
Air Yang Begitu Jernih
Surga Dunia

Matahari pun semakin condong ke barat. Nahkoda kapal pun meneriaki kita untuk segera masuk kembali ke dalam kapal. Katanya sih kita akan diajak ke spot terbaik untuk menikmati sunset terbaik. Kapal pun bergerak pelan merambat di sekitaran bibir pantai pulau sebesi. Dari sini kita dapat melihat lebih jauh pemukiman yang berada di sekitar pulau sebesi, begitu juga kita dapat melihat keindahan pantai pulau sebesi bagian selatan yang berbatu batu vulkanik. Gunung Sebesi pun tampak gagah diantara sinar matahari yang mulai temaram. Lagu reggae pun terdengar nyaring dari sound yang terdapat di sisi kanan kiri ruangan nahkoda. Alunan musik yang sangat pas terdengar di telinga apalagi kita sedang menikmati suasana Paradise seperti ini. Kapal berjalan pelan terombang ambing seusai alunan musik. Matahari pun semakin condong, dan inilah negeri sejuta senja itu.

Kamilah Sang Pemburu Senja

Negeri Sejuta Senja

Gunung Sebesi Diantara Temaram Sinar Sore

Hari pertama ini pun telah berakhir seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Kamipun sudah tak sabar bertemu dengan Krakatau dengan catatan sejarahnya yang besar itu. Ikuti kelanjutan cerita kami di bagian ke dua. DISINI.







You Might Also Like

2 komentar

  1. wah mantep tuh foto2nya....kalo boleh tau pake camera apa & lensa apa y mas....hhiihih

    ReplyDelete

Followers

Contact Form